Kamis, 13 November 2008

DETERMINASI TEKNOLOGI

DETERMINASI TEKNOLOGI

Kata determinasi berasal dari bahasa inggris "determination". Kamus Oxford medefinisikan kata ini sebagai "Quality that makes you continue trying to do something even when this difficult to do". Sebuah kualitas yang membuat seseorang secara terus menerus mencoba melakukan sesuatu bahkan ketika hal tersebut adalah hal yang sulit. Dari pengertian tersebut dapat dilihat kunci dari determinasi adalah "continue trying" atau terus mencoba. dalam hal ilni konsep ini telah mematahkan yang namanya putus asa. seseorang yang memiliki determinasi tinggi tidak akan mudah putus asa.

Determinasi teknologi, keberadaan media komunikasi massa dilihat sebagai fenomena yang dibentuk oleh perkembangan masyarakat. Teknologi mengubah konfigurasi masyarakat, mulai dari masyarakat agraris, industrial sampai ke masyarakat informasi. Dalam perubahan tersebut teknologi komunikasi berkembang sebagai upaya manusia untuk mengisi pola-pola hubungan dalam setiap konfigurasi baru. Perkembangan teknologi yang mempengaruhi kegiatan komunikasi, pertaliannya dapat dilihat pada dua tingkat, pertama secara struktural, yaitu faktor teknologi yang mengubah struktur masyarakat, untuk kemudian membawa implikasi dalam perubahan struktur moda komunikasi. Kedua, perubahan moda komunikasi secara kultural membawa implikasi pula pada perubahan cara-cara pemanfaatan informasi dalam masyarakat. Dengan begitu determinasi teknologi dalam konteks komunikasi dapat dilihat dalam urutan berpikir: dari perubahan struktur masyarakat, struktur moda komunikasi dalam masyarakat, dan cara pemanfaatan informasi.

Selain itu ada pula pandangan dengan urutan sebaliknya: dari pemanfaatan informasi, membawa perubahan masyarakat, dan untuk kemudian mempengaruhi perkembangan teknologi. Pandangan ini menempatkan media massa dapat membentuk masyarakat melalui realitas psikhis dan realitas empiris sehingga terdapat daya kreatif person maupun kolektifitas. Dengan kapabilitas dan daya kreatif secara personal atau kolektif dapat melahirkan (invention) dan memperkembangkan (innovation) teknologi dalam masyarakat.

Batik yang asal katanya niba (malam/lilin), yang jatuh ke kain dan nitik (titik-titik dalam kain). Canting adalah alat melukis dengan malam mendidih pada kain berpola. Batik mengungkapkan makna mendalam dari perjuangan masyarakat Indonesia. Mulai dari pemilihan kain dan alat pembatik, teknik melukiskan titik-titik menjadi indah, serta keahlian yang membutuhkan ketelatenan tersendiri.

Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.

Batik merupakan salah satu ragam khasanah seni-budaya Indonesia. Keindahannya sudah teruji, sampai-sampai mampu menembus pasar dunia. Namun saat ini batik di indonesia telah mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Berawal dari batik tulis yang dikerjakan oleh para pengrajin wanita menggunakan canting. Kemudian pertengahan abad ke-19, “canting cap” (biasanya disebut hanya“cap” saja) mulai dikembangkan.

Canting cap atau yang dikenal dengan nama batik cetak, merupakan sebuah alat berbentuk semacam stempel besar yang telah digambar pola batik. Pada umumnya pola pada canting cap ini dibentuk dari bahan dasar tembaga, tetapi ada pula yang dikombinasikan dengan besi. Dari jenis produksi batik cap ini, pembatik bisa menghemat tenaga, dan tak perlu menggambar pola atau desain di atas kain.

Batik cap juga mengalami pekembangan, dengan dikenalnya cap kayu. Cap yang terbuat dari kayu ini lebih ekonomis dan lebih mudah pembuatannnya. Pola pada kayu diukir dan dibentuk seperti stempel sama halnya dengan cap tembaga. Batik menggunakan cap kayu ini dapat dibedakan dari cap tembaga karena kayu tidak menghantarkan panas sebaik tembaga sehingga malam (lilin) yang menempel pada kayu lebih tipis, dan hasil pengecapannya yang terbentukpun memiliki kekhasan tersendiri, biasanya terdapat sedikit warna yang meresap pada batik karena lilin yang menempel terlalu tipis, sehingga terlihat gradasi warna pada pola antara pinggir motif dan tengahnya.

Pada perkembangan selanjutnya, muncul jenis printing, yaitu produksi batik melalui mesin. Kehadiran mesin printing batik ditengah-tengah masyarakat justru membuat kerisauan besar pengusaha batik tradisional (batik tulis) yang menganggap batik printing mampu melumpuhkan batik tulis serta dapat melunturkan kebudayaan Indonesia dan dapat merusak tatanan seni batik.

Teknik pembuatan batik print relatif sama dengan produksi sablon, yaitu menggunakan klise(kassa) untuk mencetak motif batik di atas kain. proses pewarnaannya sama dengan proses pembuatan tekstil biasa yaitu dengan menggunakan pasta yang telah dicampur pewarna sesuai keinginan, kemudian diprintkan sesuai motif yang telah dibuat. Jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah besar karena tidak melalui proses penempelan lilin dan pencelupan seperti batik pada umumnya, hanya saja motif yang dibuat adalah motif batik.

Jika dilihat dari waktu yang dibutuhkan, teknik tradisional membutuhkan waktu 1-3 bulan, mulai dari membuat pola, menggambar lukisan, memasak kain hingga pencucian yang berulang. Lain halnya dengan teknik cap yang membutuhkan waktu seminggu untuk menghasilkan 1buah batik cap dan sehari untuk untuk mesin printing yang dapat menghasilkan puluhan bahkan ratusan batik printing.

Secara kasat mata kita dapat membedakan batik print dan batik tulis/cap dengan melihat permukaan di balik kain, biasanya kain batik print warnanya tidak meresap ke seluruh serat kain, dan hanya menempel pada permukaan kain, sehingga di balik kain masih terlihat sedikit berwarna putih.

Belakangan muncul perkembangan baru pada batik print, dengan adanya metode print malam. Metode ini dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. pada print malam, materi yang di printkan pada kain adalah malam (lilin) dan bukan pasta seperti batik print konvensional. setelah malam menempel, kemudian kain tersebut melalui proses pencelupan seperti pembuatan batik pada umumnya.

Dari tahun ke tahun, berbagai jenis batik mengalami masa kejayaan dan pasang surut. Sejarah batik Pekalongan yang banyak tersimpan dalam ingatan para perajin dan diceritakan kembali secara turun temurun, mencatat bahwa berbagai jenis batik itu tak pernah menyerah digilas zaman.

Sekitar 1930-1960, batik tulis di Pekalongan sudah mengalami masa kejayaan. Dilanjutkan batik cetak yang maju pesat sekitar 1970-1980. Bersamaan dengan itu, batik tulis justru terangkat derajatnya, dan tetap menjadi perhatian bagi mereka yang punya cita rasa seni tinggi hingga sekarang. Di paruh waktu yang sama, batik printing tumbuh dengan pesat, diiringi dengan pesanan batik painting yang terus mengalir dari Bali, dan mengalami booming di awal 1990-an.

Ditengah-tengah berkembangnya teknologi batik dikalangan pengusaha batik tradisional, pengusaha batik tradisional indonesia juga dihebohkan dengan munculnya batik dari Cina yang jenis dan coraknya menyerupai batik tradisional Indonesia. Oleh karena itu, saat ini pengrajin Indonesia berusaha untuk mempertajam kekhasan produknya. Salah satunya yang dapat mendambakan dan membawa kesejukan adalah perbedaan yang sangat prinsipil, mendasar yang membentuk indepedensi dari keseluruhan wujud batik dari motif, bahan, filosofi yang terkandung dan sejarah batik lokal kita adalah sangat kompleks dan unik. Keunikan batik Indonesia diantaranya adalah proses perwujudan ornament yang di dalamya ada motif yang merupakan roh dari ornament pada batik itu sendiri.

Tidak hanya sampai disitu, perkembangan batik sejak dua tahun terakhir patut diacungi jempol. Batik yang pada mulanya hanya dikonsumsi oleh beberapa kalangan, saat ini bertumbuh pesat. Di tengah pergolakan dunia mode yang selalu berkiblat ke arah Barat, batik ternyata mampu menjadi tren baru. Bahkan, muncul istilah booming batik di kalangan anak muda.

Seperti tak mau ketinggalan dengan produk tekstil lain, batik tak hanya sebagai kain pembungkus badan atau yang biasa digunakan oleh para ibu untuk menggendong balita mereka. Kain batik ternyata mampu mengalami masa pancaroba untuk lebih memasyarakat dengan siapa saja. Sebenarnya batik sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Akan tetapi kala itu, hanya keluarga raja atau keturunan keraton yang menggunakan batik dalam kesehariannya.

Seiring dengan perkembangan zaman, batik mampu menjadi trade mark dan dipakai oleh masyarakat dari kalangan mana saja tanpa lagi melihat status ataupun jabatan. Pada era sebelum reformasi, batik sudah banyak digunakan, tetapi lebih banyak dipakai oleh para pejabat atau para bangsawan berdarah biru. Saat ini kita bisa melihat siapa saja bisa mengenakan batik. Hanya saja, tak sedikit yang lupa dengan kerajinan asli Indonesia tersebut sehingga tidak lagi bisa membedakan produk negeri ini, meski selalu dielu-elukan sebagai identitas bangsa.

Pembuatan Batik Canting (Batik Tradisional)

Produk Batik Tradisional

Pembuatan Batik Cap

Selasa, 04 November 2008

FENOMENA KOMUNIKASI

FENOMENA KOMUNIKASI “PERNIKAHAN DINI”
Tidak ada yang mengetahui secara menyeluruh apa yang terjadi pada dunia remaja. Saat ini, dunia remaja merupakan misteri yang tidak bisa ditebak. Keunikan yang terdapat dalam kehidupan kaum ini diselimuti dengan teka-teki yang besar. Keunikannya tersebut dikarenakan remaja dalam pertumbuhannya dipengaruhi lingkungan sekitarnya sehingga karakter yang muncul terhadap mereka di setiap daerah berbeda-beda.
Kalau kita cermati dengan baik, definisi dari remaja merupakan usia anak yang ada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju usia dewasa. Kehidupan remaja dalam masa peralihan ini merupakan masa pencarian jati diri. Pola fikir yang masih labil mengakibatkan mereka rentan menyerap hal-hal yang ada disekitarnya baik itu yang buruk maupun yang baik.
Menyikapi fenomena pernikahan dini yang saat ini sudah menjangkiti para remaja di Indonesia pada umumnya, sebenarnya tidak terlepas dari proses peralihan usia dari anak-anak menuju dewasa yang sedang mereka alami. Istilah pernikahan dini selalu dikaitkan dengan waktu, yakni sangat di awal waktu tertentu. Dalam pernikahan dini terdapat dua jenis pernikahan yaitu pernikahan dini asli dan palsu.
Pernikahan dini asli merupakan pernikahan yang dilakukan untuk menghindari seorang perempuan dan laki-laki melakukan zina dan itu syah menurut agama. Namun fenomena yang terjadi saat ini kebanyakan remaja terjerumus dalam perilaku yang melanggar ajaran agama. Pernikahan dini sekarang telah berubah pengertian menjadi pernikahan yang dikarenakan suatu faktor yakni “Kecelakaan” atau menikah setelah terlebih dahulu hamil dalam usia muda. Ini merupakan konsep pernikahan dini saat ini (pernikahan dini palsu).
Didalam hukum islam, untuk melakukan suatu pernikahan baik perempuan ataupun laki-laki harus memiliki kematangan didalam berfikir atau fisik. Karena membina suatu keluarga bukanlah hal yang mudah bagi seorang remaja. Didalam membina suatu keluarga tentunya akan banyak beban yang belum sepantasnya dipikul oleh seorang remaja, hal ini dikarenakan belum adanya kematangan berfikir seorang remaja yang tumbuh pada dirinya. Apalagi pernikahan yang dilandasi keterpaksaan karena telah melakukan hal yang tidak benar. Kebanyakan kehidupan keluarga dari pasangan pernikahan dini selalu saja berakhir dengan perceraian. Ini diakibatkan pola fikir dari keduanya yang belum matang.
Faktor yang melatar belakangi terjadinya pernikahan dini saat ini dikarenakan perkembangan teknologi, seperti jaringan internet yang dapat diakses oleh siapa saja tanpa adanya batasan-batasan dan aturan yang ketat. Selain itu, siaran dari media televisi cukup berperan besar mempengaruhi terjadinya fenomena pernikahan dini. Siaran televisi yang saat ini telah dapat diakses oleh setiap kalangan masyarakat sekarang. Banyak tayangan televisi yang menyuguhkan siaran-siaran yang dinilai minim terhadap pendidikan untuk para remaja bahkan kebalikannya siaran dari televisi tersebut sarat akan pengaruh negatif dalam kehidupan ramaja yang sedang mengalami masa peralihan.
Faktor lainnya adalah karena telah berkurangnya nilai-nilai agama yang diserap para remaja sekarang. Selain itu, dukungan dan peran orang tua yang paling bertanggung jawab untuk membentengi para anaknya dengan pendidikan agama juga melibatkan banya pihak.
Orang tua disini dituntut untuk tetap dan turut berperan dalam kehidupan putra-putrinya, terutama dimasa-masa masih mengenyam pendidikan. Support dari orang tua baik itu bersifat moril maupun materil akan banyak membantu remaja. Karena pada dasarnya remaja yang masih mengenyam pendidikan merupakan masa-masa pencarian jati diri remaja. Pada masa ini, remaja belum saatnya memikirkan suatu permasalahan, namun kenyataannya banyak remaja yang saat ini telah dipaksa memikirkan suatu permasalahan dan akibatnya hanyalah emosi dan kesemrautan yang didapat.
Saat ini prilaku hamil di luar nikah sudah tidak tabu lagi dimasyarakat. Untuk itu, demi mencegah hal yang tidak diinginkan, peran serta orang tua serta tokoh masyarakat didalam menyikapi fenomena pernikahan dini sangat dibutuhkan.

Motif Pernikahan Dini
Alasan yang paling mendasar, mengapa saat ini fenomena pernikahan dini kerap masih sering dijumpai, diantaranya :
1. Faktor ekonomi.
Umumnya ini terjadi pada masyarakat yang tergolong menengah ke bawah. Biasanya berawal dari ketidakmampuan mereka melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi, dan akhirnya mereka hanya bisa melanjutkan sampai sekolah menengah saja atau bahkan tidak bisa mengenyam sedikitpun kenikmatan pendidikan, sehingga menikah seakan-akan menjadi sebuah solusi dari kesulitan yang mereka hadapi. Terutama bagi kaum hawa, di tengah-tengah kondisi ekonomi mereka yang sulit, para orangtua lebih memilih mengantarkan putri mereka untuk menikah, karena paling tidak sedikit banyak beban mereka akan berkurang. Tapi akan sedikit berbeda bagi anak laki-laki. Sebab, seperti yang kita ketahui, peran laki-laki dalam kehidupan berumah tangga sangatlah besar, sehingga bagi kaum adam minimal harus mempunyai ketrampilan terlebih dahulu sebagai modal awal membangun rumah tangga mereka.
2. Meminimalisir pergaulan bebas.
Corak pergaulan remaja saat ini telah banyak menyimpang dari norma-norma yang ada, terutama norma agama. Pernikahan dianggap sebagai sebuah solusi atas apa yang acapkali ditimbulkannya. zina misalkan, sehingga tanpa disadari pernikahan hanya dijadikan sebagai justifikasi aktivitas seksual mereka.Hal ini berkaitan dengan kondisi seksualitas pada remaja.
3. Ambisi.
Tak jarang ambisi menjadi salah satu faktor adanya pernikahan dini. Keinginan mereka untuk segera merasakan kehidupan berumah tangga membuat mereka mengambil keputusan yang terkadang tanpa dibarengi dengan pertimbangan-pertimbangan yang bijak. Ironisnya, kadang orientasi mereka bukanlah orientasi berumahtangga, namun lebih cenderung pada tendensi seksualnya saja. Inilah yang acapkali memunculkan dampak negatif yang sering kita temui.
4. MBA (Married By Accident).
Faktor yang keempat inilah yang selama ini identik dengan pernikahan dini. Tak jarang ketika orang mendengar tentang pernikahan dini, asumsi pertama yang muncul, MBA (Married By Accident) adalah penyebabnya. Dan memang fenomena yang sering kita dapati ialah hamil di luar nikah kerap menjadi alasan para remaja zaman sekarang melakukan pernikahan dini ini. Sungguh sangat disayangkan memang. Banyak generasi yang gagal membangun hidupnya hanya dikarenakan kesalahan mereka dalam memanage apa yang seharusnya mereka lakukan. Ketika mereka sudah dalam kondisi under control, rasio mereka kalah. Sehingga potensi kegagalan semakin besar, apalagi didukung dengan tingkat emosional mereka yang cenderung labil. Faktor inilah yang menjadi salah satu poros munculnya konotasi negatif.

Dampak Negatif Pernikahan Dini
Pernikahan dini acapkali banyak menimbulkan masalah terhadap kesehatan reproduksi perempuan. Pernikahan dini seringkali membahayakan keselamatan ibu dan bayi, serta menimbulkan problema sosial, dan problem-problem lainnya.
Dampak pernikahan dini jika dilihat dari sisi fisik dan biologis, pada :
1. Ibu
- Banyak menderita anemia selagi hamil dan melahirkan.
- Pernikahan dini merupakan salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi.
- Mengalami masa reproduksi lebih panjang, sehingga memungkinkan banyak peluang besar untuk melahirkan dan mempunyai anak.
- Secara medis usia hamil pada usia muda dapat menyebabkan terjangkit penyakit kangker rahim.
- Pernikahan dini menghentikan kesempatan mengecap pendidikan yang lebih tinggi, berinteraksi dengan lingkungan teman sebaya.
2. Anak:
- Bayi lahir dengan berat rendah.
- Salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu dan bayi akibat pernikahan dini
3. Sosial
- Pernikahan dini merupakan salah satu faktor penyebab tindakan kekerasan terhadap istri, yang timbul karena tingkat berpikir yang belum matang bagi pasangan muda tersebut.

Senin, 03 November 2008

PENELITIAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF

PENELITIAN KUALITATIF DAN PENELITIAN KUANTITATIF


PENGERTIAN PENELITIAN


Penelitian memiliki empat sebab yang melatarbelakangi manusia melakukan penelitian yaitu pertama, karena pengetahuan, pemahaman dan kemampuan manusia sangat terbatas, dibandungkan dengab lingkungannya yang begitu luas. Kedua, manusia memiliki dorongan untuk mengetahui atau curousity dimana manusia selalu bertanya dan membutuhkan jawaban yang yang lebih mendalam, lebih rinci, dan lebih komprehensif. Ketiga, manusia didalam kehidupannya selalu dihadapkan kepada masalah, tantangan, ancaman, kesulityan baik didalam dirinya, keluarga, masyarakat sekitarnya serta dilingkungan kerjanya. Masalah, tantangan dan kesulitan tersebut membutuhkan penjelasan, pemecahan, penyelesaian. Keempat, manusia merasa tidak puas dengan apa yang telah dicapai, dikuasai, dan dimilikinya, dan selalu ingin yang lebih baik, lebih sempurna dan lebih memberikan kemudahan.

Secara umum penelitian diartikan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan dan analisis data menggunakan metode-metode ilmiah, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, eksperimental, atau noneksperimental, interktif, atau noninteraktif. Metode-metode tersebut telah dikembangkan secara intensif, melalui berbagai uji coba sehingga telah memiliki prosedur yang baku. Metode penelitian dapat disebut juga “metodologi penelitian” (sebenarnya kurang tepat tetapi banyak digunakan), dalam makna yang lebih luas berarti “desain” atau rancangan penelitian. Rancangan ini berisi rumusan tentang objek atau subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan analisis data berkenaan dengan focus masalah tertentu.

Penelitian merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. McMillan mengutip pendapat Wallberg (1986), ada lima langkah pengembangan pengetahuan melalui penelitian, Yaitu:

  1. mengidentifikasi masalah penelitian

  2. melakukan studi empiris

  3. melakukan repliksi atau pengulangan

  4. menyatukan (sintesis) dan mereviu

  5. menggunakan dan mengevaluasi oleh pelaksana


PENELITIAN KUALITATIF

Penelitian kualitatif yaitu penelitian atau inkuiri naturalistik atau alamiah, etnografi, interaksionisme simbolik, perspektif ke dalam, etnometedologi, fenomenologis, studi kasus, interpretative, ekologis, dan deskriptif. Penelitian kualitatif (qualitative research) bertolak dari filsafat konstruktivisme yang berasumsi bahwa kenyataan itu berdimensi jamak, interaktif dan suatu pertukaran pengalaman soial (a shared social experience) yang terintrepetasikan oleh individu-individu. Para peneliti kualitatif percaya bahwa kenyataan merupakan suatu konstruksi sosial, bahwa individu-individu atau kelompok-kelompok memperoleh dan memberi makan terhadap kesatuan-kesatuan tertentu apakah peristiwa-peristiwa orang-orang, proses-proses atau objek-objek. Orang membuat konstruksi tersebut untuk memahaminya dan menyusunnya kembali sebagai sudut pandang. Persepsi dan sistem kepercayaan. Penelitian kualitatif ditujukan untuk memahami fenomena –fenomena sosial dari sudut atau perspektif partisipan. Partisipan adalah orang-orang yang diajak berwawancara, diobservasi, diminta memebrikan data, pendapat, pemikiran, persepsinya.

Menurut BOGDAN dan TAYLOR penelitian kualitaif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini di arahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Sedangkan menurut KIRK dan MILLER penelitian kualitaif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya.

Menurut DAVID WILLIAMS penelitian kuantitatif adalah pengumpuln data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. DENZIN dan LINCOLN menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakuka dengan jalan melibatkanberbagai metode yang ada.

Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi strategi, strategi-strategi yang bersifat intraktif, seperti observasi langsung, observasi partisipatif, wawancara mendalam, dokumen-dokumen, teknik pelengkap seperti foto-foto, rekaman dll. Strategi penelitian bersifat fleksibel, menggunakan aneka kombinasi dari teknik-teknik untuk mendapatkan data yang valid.


FUNGSI DAN PEMANFAATAN PENELITIAN KUALITATIF

  1. Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan :

Pada penelitian awal dimana subjek penelitiantidak didefinisikan secara baik dan kurang dipahami.

    1. pada upaya pemahan penelitian perilaku dan penelitian motivasional.

    2. untuk penelitian konsultatif

    3. memahami isu-isu rumit sesuatu proses

    4. memahami isu-isu rinci tentang situasi dan kenyataan yang dihadapi seseorang.

    5. untuk memahami isu-isu yang sensitive.

    6. untuk keperluan evaluasi.

    7. untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui peneliti kuantitatif.

    8. digunakan untuk meneliti hal-hal yang berkaitan dengan latar belakang subjek penelitian.

    9. digunakan untuk lebih dapat memahami setiap fenomena yang sampai sekarang belum banyak diketahui.


A. Karakteristik penelitian kualitatif

  • kajian naturalistic:

melihat situasi nyat yang berubah secara alamiah, terbuka, tidak ada rekayasa pengontrolan variable.

  • analisa induktif :

mengungkap data khusus, detail, untuk menemukan katagori, dimensi, hubungan penting dan asli dengan pertanyaan terbuka.

  • Holistic :

Totalitas fenomena dipahami sebagai system yang kompleks, keterkaitan menyeliuruh tak dipotong padahal terpisah, sebab-akibat.

  • Data kualitataif :

Deskripsi rinci-dalam, persespsi-pengalaman orang.

  • Hubungan dan persepsi pribadi :

Hubungan akrab peneliti-informan, persepsi pengalaman pribadi peneliti penting untuk pemahaman fenomen-fenomena.

  • Orientasi keunikan :

Tiap situasi khas, pahami sifat khusus dan dalam konteks social-historis, analisis silang khusus, hubungan waktu-tempat.

  • Empati netral :

Subjektif murni, tidak dibuat-buat.


B.Pendekatan penelitian kualitatif

    • Menekankan hipotesis yang berkembang dalam pelaksanaan penelitian.

    • Menekankan definisi dalam konteks atau perkembangan penelitian.

    • Menekankan deskripsif naratif.

    • Menekankan pada asumsi bahwa keajegan inferensi cukup kuat.

    • Pengukuran validitas melalui cek slang dari sumber informasi.

    • Menekankan informan ekspert untuk mendapatkan sempel perposif.

    • Menekankan rangkuman naratif dalam hasil penelitian.

    • Menekankan deskripsi holistic dari fenomena –fenomena yang kompleks.


C. Tujuan –tujuan penelitian Kualitatif:

  1. Deskriptif eksploratori

Menguji fenomena baru atau fenomena yang baru sedikit diketahui, menemukan tema-tema yang bermakna menurut partisipan, mengembangkan konsep, model, atau hipotesis lebih detail, yang berguna bagi penelitian lebih lanjut.

  1. Deskripsi eksplanatori

Menggambarkan dan menjelaskan pola-pola yang terkait dengan fenomena, mengidentifikiasi hubungan-hubungan yang mempengaruhi fenomena.

  1. Emansipatori

Menciptakan kesempatan dan kemauan untuk berinisiatif dalam kegiatan social.


Desain penelitian kualitatif

Penelitian kualitatif menggunakan desain penalitian studi kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilh dan ingin dipahami secara mendalam, dengan mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Penelitian kualitatif menuntut perencanaan yang matang untuk menentukan tempat, partisipan dan memulai pengumpulan data. Rencana ini bersifat emergent atau berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan dalam temuan dilapangan. Penelitian kualitatif melakukan penelitian dalam sekala kecil, kelompok yang memiliki kekhususan keunggulan, inofasi, atau bisa juga bermasalah. Kelompok yang diteliti adalah sekelmpok yang memiiki kelainan atau perbedaan dengan kelompok besarnya.


PENELITIAN KUANTITATIF

Penelitian kuantitatif bermaksud membuat deskripsi objektif tentang fenomena terbatas dan mementukan apakah fenomena dapat dikontrol melalui beberapa interpensi. Kuantitatif bertujuan menjelaskan, meramalkan dan mengontrol fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data numerik. Dari aspek asumsi kuantitatif berasumsi bahwa tujuan dan metode ilmu social adalah sama dengan ilmu fisik/alamiah dengan jalan mencari teori yang di tes atau dikonfirmasikan yang menjelaskan fenomena, deduktif, bebas-nilai (objektif), terfokus dan berorentasi tujuan. Penelitian kuantitatif didasari oleh filsafat positivisme yang menekankan fenomena-fenomena objektif dan dikaji secara kuantitatif. Maksimalisasi objektivitas desain penelitian ini dilakukan dengan menggunakan angka-angka, pengolahan statistic, struktur dan percobaan terkontrol. Ada beberapa metode kuantitaif yang bersifat noneksperimental yaitu: metode deskriptif, survey ekspos fakto, komparatif, korelasional dan penelitian tindakan.

Penelitian kuantitatif mengambil jarak antara peneliti dengan objek yang diteliti sementara penelitin kualitatif menyatu dengan situasi dan fenomena yang diteliti. Penelitian kuantitatif menggunakan instrument-instrumen formal, standar an bersifat mengukur. Penelitia kuantitatif melakuka pengamatan, interview, mencatat hasil pengamatan dan interaksi bersama partisipan. Peran peneliti bervariasi mulai dari yang tradisional hubungan yang netral dengan responden sampai dengan partisipasi aktif sesuai dengan pendekataan yang digunakan. Peneliti menekan pentingnuya pengumpulan data menggunakan orang yang terampil dan telah disiapkan secara sempurna, dari pada menggunakan instrument tunggal.

Penelitian kuantitatif memandang peneliti lepas dari situasi yang diteliti. Penelitian kuantitatif juga bertolak dari pandangan filsafat yang berbeda tentang kenyataan, memiliki asumsi dan pendekataan yang berbeda pula dalam mengkaji kenyataan. Penelitian kuantitatif menekankan kaidah-kaidah penelitian eksperimental, walaupun untuk penelitian yang non eksperimental kaidah-kaidah tersebut mendapatkan beberapa penyesuaian.


Metode-metode yang digunakan dalam penelitian kuantitatif

  • Penelitian Deskriptif

Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau pengubahan pada variable-variabel bebas, tapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya.


  • Penelitian Survei

Survey digunakan untuk mengumpulkan informasi berbentuk opini dari sejumlah besar orang terhadap topic atau isu-isu tertentu ada tiga karakteristik survey: 1) informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang untuk mendeskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti: kemampuan, sikap, kepercayaan, penegtahuan dari populasi. 2) informasi dkukumplkan melalui pengajuan (umumnya tertulis walaupaun bisa juga lisan) dari suatu populasi, 3) informasi diperoleh dari sampel, bukan populasi.

Tujuan utama dari survey adalah mengetahui gambaran umum karakteristik dari popuolasi. Pada dasrnya yang ingin dicari peneliti adalah bagaimana anggota dari suatu populasi tersebar dalam satu atau lebih variable. (seperti usia, agama, etnis, jenis kelamin)


  • Penelitian ekspos fakto

Penelitian ekspos fakto meneliti hubungan sebab-akibat yang tidak dimanipulasi atau diberi bperlakuan (dirancang) oleh peneliti. Penelitian hubungan sebab-0akibat dilakukan terhadap program, kegiatan atau kejadian yang telah berlangsung atau telah terjadi.

Pendekatan penelitian kuantitatif

  • Menekankan hipotesis jadi yang dirumuskan sebelumnya.

  • Menekankan definisi operasional.

  • Data diubah menjadi skor numeric.

  • Menekankan pengukuran dan penyempurnaan keajegan skor yang diperoleh dari instrument.

  • Pengukuran validitas melalui rangkaian perhitungan statistic.

  • Menekankan teknik acak untuk mendapatkan sample representative.

  • Menekankan prosedur penelitian yang baku.

  • Menekankan rangkuman statistic dalam hasil penelitian.





















PENGUKURAN DALAM PENELITIAN


Teknik lain yang biasa digunakan dalam penelitian adalah teknik pengukuran. Teknik ini berbeda dengan teknik pengumpulan data, teknik pengukuran bersifat mengukur karena menggunakan instrument standart atau telah distandardisasikan, dan menghasilkan data hasil pengukuran yang bebrentuk angka-angka. Secara garis lebih rinci perbedaan antara instrument pengukuran data (nontest) dengan instrument pengukuran (test) dapat dilkihat pada table berikut:

INSTRUMEN TES (Bersifat mengukur)

  1. bersifat mengukur

  2. ada hasil pengukuran berbentuk data angka ordinal, interval atau rasio

  3. perlu standardisasi instrument (pengujian validitas empiris, reliabilitas, analisis butir soal)digunakan dalam penelitian kuantitatif: eksperimental, korelasional, komparartrif


INSTRUMEN NON TES (bersifat menghimpun)

        1. bersifat menghimpun

        2. ada hasil penghimpunan berupa data naratif atau data angka nominal

        3. tidak perlu standarisasi instrument, cukup dengan validitas isi dan konstruk

digunakan dalam oenelitian kualitatif, kuantitatif: deskriptif, survey, expost, facto, penelitian tindakan


Instrument yang bersifat mengukur secara umum dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: tes dan skala.


TES

Tes umumnya bersifat mengukur, walaupun beberapa bentuk tes psikologis terutama tes kepribadian banyak yang bersifat deskriptif, tetapi deskripsinya mengarah kepada karakteristik atau kualifikasi tertentu sehingga mirip dengan interpretasi dari hasil pengukuran. Tes yang digunakan dalam pendidikan biasa dibedakan antara tes hasil belajar (achievement tests) dan tes psikologis (psychological test).


TES HASIL BALAJAR

Tes hasil belajar disebut juga tes prestasi belajar, mengukur waktunya dibedakan dalam rentang: satu pertemuan (tes akhir pertemuan), satu pokok bahasn (tes akhir pokok bahasan), satu minggu (tes mingguan), setengah catur wulan /semester (tes tengah cawu/semesteran), stu jenjang (tes atau ujian akhir pendidikan). Tes hasil belajar juga dibedakan menurut materi yang diukur, sesuai dengan nama-nama mata pelajaran atau bidang studi yang dipelajari, seperti tes matematika, kimia, biologi, bahasa, sejarah, geografi, dll

Menurut tujuannya atau fungsi tes hasil belajar ini juga dibedakan atas:

  • Tes diagnostic ditujukan untukl memberikan perbaikan-perbaikan

  • Tes poenempatan mengukur penguasaan atau keunggulan siswa sesuai dengan tingkat pengausaan atau keunggulan siswa

  • Tes formatif digunakan dalam penguasaan target materi (digunakan untuk perbaikan program atau proses pembelajaran)

  • Tes sumatif ditujukan mengukur penguasaan siswa pada akhir periode pendidikan, akhir cawu, semester atau tahun, dan digunakan untuk mengukur keberhasilan belajar siswa dalam periode waktu tersebut.


TES PSIKOLOGIS

Tes psikologis digunakan untuk mengukur atau mengetahui kecakapan potensial dan karakteristik pribadi dari para siswa. Individu termasuk para siswa dan mahasiswa memiliki kecakapan (ability). Kecakapan ini dibadakan antara kecakapan potensial atau kapasitas (capacity) dan kecakapan nyata (achivement).


SKALA

Skala merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat mengukur, karena diperoleh hasil ukuryang berbentuk angka-angka. Skala berbeda dengan tes, kalu tes ada jawaban salah satu benar, sedang skala tidak ada jawaban salah-benar, tetapi tetapi jawaban atau respon responden terletak dalan satu rentang (skala). Titik pada rentang yang dipilih menunjukkan posisi responden. Ada beberapa macam skala, yitu skala: deskriptif, garis, pilihan wajib, pembandingan pasangan dan daftar cek.

Komunikasi Persuasif

KOMUNIKASI PERSUASIF



Komunikasi adalah suatu aspek kehidupan manusia yang paling mendasar, penting, dan kompleks. Kehidupan sehari-hari kita sangat dipengaruhi oleh komunikasi kita sendiri dengan orang lain, bahkan oleh pesan yang berasal dari orang yang kita tidak tahu (we can not not communication).

Karena ke-kompleks-an komunikasi, maka Little John mengatakan, komunikasi adalah sesuatu yang sulit untuk didefinisikan. Sementara itu, menurut ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia, komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain, agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya.

Dalam proses komunikasi, ada lima elemen dasar yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dengan istilah “Who Says What in Which Channel to Whom with What Effect”. Kelima elemen dasar tersebut adalah Who (sumber atau komunikator), Says What (pesan), in Which Channel (Saluran), to Whom (Penerima), with What Effect (Efek atau dampak). Lima elemen dasar dari komunikasi yang dikemukakan oleh Harold Laswell di atas akan bisa membantu para komunikator dalam menjalankan tugas mulianya.

Berhasil tidaknya suatu komunikasi tergantung dari kelima elemen dasar tersebut. Bagaimana komunikator bisa mempengaruhi komunikannya, sehingga bisa bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator, bahkan bisa merubah sikap dan perilaku dari komunikan tersebut. Namun, komunikator, pesan, saluran yang bagaimana yang akan bisa merubah sikap dan perilaku komunikan, serta perubahan yang bagaimana yang diharapkan harus menjadi perhatian sangat besar bagi kita semua.

Dalam ilmu komunikasi, kita mengenal adanya komunikasi persuasif, yaitu komunikasi yang bersifat mempengaruhi audience atau komunikannya, sehingga bertindak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh komunikator. Menurut K. Andeerson, komunikasi ersuasive didefinisikan sebagai perilaku komunikasi yang mempunyai tujuan mengubah keyakinan, sikap atau perilaku individu atau kelompok lain melalui transmisi beberapa pesan. Sedangkan menurut R. Bostrom bahwa komunikasi persuasif adalah perilaku komunikasi yang bertujuan mengubah, memodifikasi atau membentuk respon (sikap atau perilaku) dari penerima.

Komunikasi persuasif ini dapat dipergunakan dalam komunikasi politik. Yang dikehendaki dalam komunikasi persuasif adalah perubahan perilaku, keyakinan, dan sikap yang lebih mantap seolah-olah perubahan tersebut bukan atas kehendak komunikator akan tetapi justru atas kehendak komunikan sendiri. Persuasi yaitu menggunakan informasi tentang situasi psikologis dan sosiologis serta kebudayaan dari komunikan, untuk mempengaruhinya, dan mencapai perwujudan dari apa yang diinginkan oleh message Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar komunikasi kita menjadi persuasif atau bisa mempengaruhi orang lain.

Pertama, Komunikator.

Komunikator atau sumber adalah orang-orang yang akan mengkomunikasikan suatu pesan kepada orang lain. Agar komunikasi yang dilakukan oleh komunikator menjadi persuasif, maka komunikator harus mempunyai kredibilitas yang tinggi. Yang dimaksud dengan kredibel disini adalah komunikator yang mempunyai pengetahuan, terutama tentang apa yang disampaikannya. Misalnya, ketika seorang komunikator menjelaskan kepada komunikannya, dia harus menguasai apa yang akan disampaikannya. Apalagi pada saat audience atau komunikan adalah masyarakat yang memiliki pendidikan yang tinggi.

Komunikasi persuasive dikatakan gagal, ketika mengikuti sosialisasi pada seminar di suatu perguruan tinggi yang dimana audiencenya adalah mahasiswa dan masyarakat umum yang mempunyai pendidikan dan pengalaman yang jauh lebih tinggi dari komunikator. Seandainya pada saat itu para komunikator yang hadir kurang menguasai program yang dibawa, tentunya masyarakat tidak akan puas, bahkan mungkin tidak akan berpengaruh pada perubahan sikap yang diharapkan. Ketidak-kredibelan komunikator juga sering disampaikan oleh masyarakat sendiri, dengan cara membandingkan antara fasilitator yang satu dengan fasilitator lainnya. Kemudian trustworthiness (dapat dipercaya) juga sangat penting bagi komunikator supaya komunikasi yang dilakukannya menjadi persuasif. Ketika seorang komunikator yang sudah tidak dipercaya oleh komunikan, apapun yang disampaikannya tidak akan didengar oleh komunikannya.

Kedua, pesan.

Pesan adalah hal-hal yang disampaikan oleh pengirim kepada penerima, yang bertujuan agar komunikan melakukan hal-hal yang disampaikan dalam pesan tersebut. Sama halnya dengan sumber atau komunikator, pesan juga sangat berpengaruh terhadap persuasif tidaknya komunikasi yang kita lakukan.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh fasilitator harus sederhana dan mudah dimengerti. Artinya, fasilitator harus menyesuaikan isi pesan yang disampaikan dengan khalayak sasarannya/masyarakat. Informasi yang diberikan harus disesuaikan dengan kebudayaan dan kepercayaan kelompok sasaran. Yang paling mudah kita lihat adalah dari segi bahasa. Ketika masyarakat sasaran kita adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah, maka bahasa yang dipakai harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan mereka.

Dalam mengembangkan pesan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Di antaranya, lugas. Artinya, pesan tidak bertele-tele dan dilakukan pengulangan kata-kata tertentu yang dianggap perlu. Konsisten, artinya semua pesan harus terkait dengan tema yang akan disampaikan dan saling mendukung antara satu pesan dengan pesan lainnya. Nada dan daya tarik, ini berkaitan dengan style komunikator tadi. Ketika komunikator menyampaikan pesan sedih, tentu disesuaikan dengan nada suaranya dan lain sebagainya. Bertanggungjawab, dalam hal ini sumber pesan yang dapat dipercaya akan berpengaruh pada diterima atau tidaknya pesan yang disampaikan.

Ketiga, saluran.

Saluran adalah media atau sarana yang digunakan supaya pesan dapat disampaikan oleh sumber kepada si penerima. Supaya komunikasi bisa persuasif, maka media atau saluran yang digunakan harus tepat. Saluran atau media harus mempertimbangkan karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain. Mengenali siapa yang ingin kita jangkau dapat membantu kita dalam mengembangkan pesan yang sesuai. Kalau dihubungkan dengan social mapping, maka pemetaan budaya sangat berarti disini..

Keempat, penerima.

Penerima adalah orang-orang yang menerima pesan dari komunikator, yang biasa disebut dengan komunikan. Dalam berkomunikasi, khalayak sasaran/komunikan juga perlu menjadi perhatian. Bagaimana karakteristik kelompok sasaran, baik budaya, bahasa, kebiasaan, maupun tingkat pendidikan, dan lain-lain, sangat dibutuhkan dalam memformulasikan pesan yang akan disampaikan. Ketika kita berkomunikasi dengan masyarakat kelas bawah, maka bahasa yang digunakan harus disesuaikan dengan tingkat pendidikan masyarakat, jangan sampai kita menggunakan kata-kata yang tidak dimengerti oleh masyarakat, seperti transparansi, akuntabilitas, fleksibel, dan sebagainya. Sederhanakanlah bahasa sesuai dengan pemahaman masyarakat.



Tujuan komunikasi persuasif

Tujuan komunikasi persuasif secara bertingkat ada dua yaitu:

  1. Mengubah atau menguatkan keyakinan (believe) dan sikap (attitude) audiens, dan

  2. Mendorong audiens melakukan sesuatu/ memiliki tingkah-laku (behaviour) tertentu yang diharapkan.


Prinsip Komunikasi Persuasif

Ada empat prinsip dasar dalam komunikasi persuasif yang dapat menentukan efektivitas dan

keberhasilan komunikasinya, yakni sebagai berikut.


1. Prinsip Pemaparan yang Selektif ( The Selective Exposure Principle )

Prinsip ini menyatakan bahwa pada dasarnya audiens akan mengikuti hukum pemaparan selektif ( the law of selective exposure ), yang menegaskan bahwa audiens (pendengar) akan secara aktif mencari informasi yang sesuai dan mendukung opini, keyakinan, nilai, keputusan dan perilaku mereka, dan sebaliknya audiens akan menolak atau menghindari informasi-informasi yang berlawanan dengan opini, kepercayaan, sikap, nilai, dan perilaku mereka.

2. Prinsip Partisipasi Audiens ( The Audience Participation Principle )

Prinsip ini menyatakan bahwa daya persuasif suatu komunikasi akan semakin besar manakala audiens berpartisipasi secara aktif dalam proses komunikasi tersebut. Bentuk partisipasi bisa dalam berbagai bentuk dan aktivitas, seperti dalam menentukan tema, dalam presentasi, membuat slogan, dan lain-lain.

3. Prinsip Suntikan ( The Inoculation Principle )

Audiens telah memiliki pendapat dan keyakinan tertentu, maka pembicaraan komunikasi persuasif biasanya dimulai dengan memberi pembenaran dan dukungan atas keyakinan dan pengetahuan yang dimiliki audiens.

4. Prinsip Perubahan yang Besar ( The Magnitude of Change Principle)

Prinsip ini menyatakan bahwa semakin besar, semakin cepat dan semakin penting perubahan yang ingin dicapai, maka seorang da’i mempunyai tugas dan kerja yang lebih besar, serta komunikasi yang dilakukan membutuhkan perjuangan yang lebih besar



Teknik persuasive

Setelah mengetahui klasifikasi kebutuhan hidup manusia maka dalam melaksanakan komunikasi persuasi yang bertujuan merubah pendapat, sikap, dan perilaku orang lain maka teknik atau cara menyampaikannya biasanya disesuaikan dengan beberapa keadaan diantaranya ialah:

1. kira-kira apakah yang hendak dicapai dalam usaha komunikasi tersebut?

2. siapakah yang menjadi komunikan?

3. dalam situasi yang bagaimanakah keadaan komunikan pada waktu

berlangsungnya komunikasi tersebut?

Beberapa teknik komunikasi persuasive, adalah:

1. cognitive dissonance

2. teknik pay off dan feat arousing

3. teknik asosiasi

Hambatan komunikasi persuasif

Hambatan-hambatan terhadap komunikasi persuasif di antaranya adalah:

1. noise factor

2. semantic factor meliputi penggunaan kata-kata dan istilah

3. kepentingan

4. motivasi yang berbeda antara komunikator dengan komunikan

5. prasangka



Pesan persuasif

Didalam menulis pesan-pesan yang bersifat persuasif harus dibuat untuk meyakinkan dari pihak-pihak yang berhubungan dengan organisasi. Pesan-pesan persuasif yang efektif haruslah dirancang sedemikian rupa, antara lain dengan fokus pada penerima, sehingga pesan dapat sesuai dengan tujuan. Menulis pesan persuasif sangat penting dalam organisasi bisnis, karena setiap hari organisasi harus mengirimkan pesan-pesan dengan nada yang meyakinkan, baik kepada konsumen, pemasok, mitra bisnis, maupun pihak-pihak lainnya yang berhubungan dengan organisasi.

Dengan demikian pengiriman pesan persuasif menjadi salah satu faktor penentu dalam pencapaian tujuan perusahaan. Meyakinkan dan mempengaruhi pihak-pihak lain yang terkait, baik secara tertulis maupun lisan dalam bentuk presentasi bisnis menjadi aktifitas yang harus dilakukan perusahaan secara terencana dan matang. Misalnya meyakinkan pemilik proyek mengenai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan proyek yang dipercayakan, atau surat persuasif kepada debitur mengenai pentingnya melakukan pembayaran dengan tepat waktu. Secara internal pesan persuasif dapat dilakukan seorang bawahan untuk meminta persetujuan manajemen perusahan tentang proposal yang diajukannya.

Kegagalan dalam membuat pesan persuasif merupakan kegagalan buat organisasi, karena bisa jadi itu berarti kehilangan kesempatan menjual, kehilangan konsumen potensial, kehilangan mitra bisnis potensial, atau kehilangan kesempatan memenangkan tender atau proyek.


Merancang dan Mengembangkan Pesan Persuasif

Persuasi adalah suatu proses mengubah sikap orang atau proses mempengaruhi tidakan/perilaku mereka. Persuasi yang efektif adalah kemampuan untuk menyajikan pesan dengan cara yang membuat pembaca atau pendengar merasa mempunyai pilihan dan mengarahkan mereka untuk memilih setuju.

Pesan persuasif dapat digunakan sebagai :

- Menjual gagasan (misalnya mengenai penghematan biaya)

- Meminta bantuan (misalnya kepada supervisor)

- Mengumpulkan dukungan (misalnya kepada para karyawan dalam memperjuangkan paket tunjangan yang baru)

- Meminta pendanaan (misalnya untuk suatu proyek atau untuk membeli peralatan)

Suatu pesan persuasif yang efektif menyertakan 4 komponen berbeda dan

penting didalamnya, yaitu:

- Membangun kredibilitas

- Membatasi argumentasi dengan cara yang mengidentifikasikan persamaan dengan penerima

- Berhubungan dengan penerima menggunakan pertimbangan pada logika dan emosi.

- Memperkuat posisi anda dengan bahasa yang jelas dan bukti tak terbantah.


Salah Satu Fenomena Komunikasi Persuasif

Salah satu fenomena yang saat ini bisa dinikmati sehari-hari adalah merebaknya aktivitas dakwah. Aktivitas dakwah kini tidak lagi hanya dapat dijumpai di tempat-tempat “konvensional“ seperti, masjid, pesantren, dan majlis taklim, tetapi dapat pula dijumpai di hotel, rumah sakit, perusahaan, radio, televisi bahkan internet. Namun, fenomena paradoks pun sering kita jumpai dan tak kalah menyentaknya, seperti maraknya tindakan kekerasan, kerusuhan sosial, pornoaksi, pornografi,

korupsi, dan sebagainya.

Fenomena ini mengindikasikan masih teralienasinya dakwah dari realitas sosial masyarakat di

sekitarnya. Aktivitas dakwah sebagai proses komunikasi penyampaian ajaran ideal Islam yang selama ini tidak mempunyai kekuasaan untuk membawa masyarakat kepada perubahan ke arah yang lebih baik. Ada banyak faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya karena dakwah yang selama ini dilakukan cenderung kering, impersonal, dan hanya bersifat informatif belaka, belum menggunakan teknik-teknik komunikasi yang efektif.

Situasi ini merupakan cermin wajah dakwah yang belum berpijak di atas realitas sosial yang ada. Padahal dakwah dan realitas sosial memiliki hubungan interdependensi yang sangat kuat, terkait berkelindan. Paling tidak ada dua hal penting yang dapat diungkapkan dari hubungan

tersebut, yaitu:

1. Realitas sosial merupakan alat ukur keberhasilan dakwah yang sekaligus menjadi cermin sosial dalam merumuskan agenda dakwah pada tahap berikutnya.

2. Aktivitas dakwah sendiri pada hakikatnya merupakan pilihan strategis dalam membentuk arah perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik.

Kemampuan membaca realitas sosial ini merupakan langkah awal yang sangat efektif untuk mengembangkan dakwah Islam. Sebagai sebuah proses membangun masyarakat yang Islami, dakwah tentu saja harus berpedoman kepada apa yang telah dituntun dan digariskan oleh al-Qur’an dan sunnah Rasul. Menurut al-Qur’an, dakwah Islam antara lain harus dilaksanakan secara hikmah (bijaksana). Hikmah adalah cara tertentu untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain atas dasar pertimbangan sosiologis, psikologis, dan rasional. Pendekatan hikmah mengharuskan seorang da’i memahami frame of reference (kerangka pemikiran dan pandangan seseorang) dan field of experience (ruang lingkup pengalaman) mad’u yang dihadapinya.

Berkaitan dengan pertimbangan aspek psikologis dan sosiologis ini, maka pendekatan dakwah yang sesuai adalah pendekatan persuasif. Pendekatan persuasif akan memungkinkan dakwah

menjadi tidak kering dan tidak impersonal karena berpijak dari kondisi mad’u serta menggunakan prinsip-prinsip dan teknik-teknik komunikasi yang efektif. Tujuan dakwah demikian tampak sesuai dengan definisi komunikasi persuasif, yakni adanya perubahan situasi orang lain.

Perubahan dimaksud bukan hanya sekadar perubahan yang bersifat sementara, melainkan perubahan yang mendasar berdasarkan kesadaran dan keyakinan. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi persuasif adalah proses komunikasi untuk mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang dengan menggunakan manipulasi psikologis sehingga orang tersebut bertindak seperti atas kehendaknya sendiri.