DETERMINASI TEKNOLOGI
Kata determinasi berasal dari bahasa inggris "determination". Kamus Oxford medefinisikan kata ini sebagai "Quality that makes you continue trying to do something even when this difficult to do". Sebuah kualitas yang membuat seseorang secara terus menerus mencoba melakukan sesuatu bahkan ketika hal tersebut adalah hal yang sulit. Dari pengertian tersebut dapat dilihat kunci dari determinasi adalah "continue trying" atau terus mencoba. dalam hal ilni konsep ini telah mematahkan yang namanya putus asa. seseorang yang memiliki determinasi tinggi tidak akan mudah putus asa.
Determinasi teknologi, keberadaan media komunikasi massa dilihat sebagai fenomena yang dibentuk oleh perkembangan masyarakat. Teknologi mengubah konfigurasi masyarakat, mulai dari masyarakat agraris, industrial sampai ke masyarakat informasi. Dalam perubahan tersebut teknologi komunikasi berkembang sebagai upaya manusia untuk mengisi pola-pola hubungan dalam setiap konfigurasi baru. Perkembangan teknologi yang mempengaruhi kegiatan komunikasi, pertaliannya dapat dilihat pada dua tingkat, pertama secara struktural, yaitu faktor teknologi yang mengubah struktur masyarakat, untuk kemudian membawa implikasi dalam perubahan struktur moda komunikasi. Kedua, perubahan moda komunikasi secara kultural membawa implikasi pula pada perubahan cara-cara pemanfaatan informasi dalam masyarakat. Dengan begitu determinasi teknologi dalam konteks komunikasi dapat dilihat dalam urutan berpikir: dari perubahan struktur masyarakat, struktur moda komunikasi dalam masyarakat, dan cara pemanfaatan informasi.
Selain itu ada pula pandangan dengan urutan sebaliknya: dari pemanfaatan informasi, membawa perubahan masyarakat, dan untuk kemudian mempengaruhi perkembangan teknologi. Pandangan ini menempatkan media massa dapat membentuk masyarakat melalui realitas psikhis dan realitas empiris sehingga terdapat daya kreatif person maupun kolektifitas. Dengan kapabilitas dan daya kreatif secara personal atau kolektif dapat melahirkan (invention) dan memperkembangkan (innovation) teknologi dalam masyarakat.
Batik yang asal katanya niba (malam/lilin), yang jatuh ke kain dan nitik (titik-titik dalam kain). Canting adalah alat melukis dengan malam mendidih pada kain berpola. Batik mengungkapkan makna mendalam dari perjuangan masyarakat Indonesia. Mulai dari pemilihan kain dan alat pembatik, teknik melukiskan titik-titik menjadi indah, serta keahlian yang membutuhkan ketelatenan tersendiri.
Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.
Batik merupakan salah satu ragam khasanah seni-budaya Indonesia. Keindahannya sudah teruji, sampai-sampai mampu menembus pasar dunia. Namun saat ini batik di indonesia telah mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Berawal dari batik tulis yang dikerjakan oleh para pengrajin wanita menggunakan canting. Kemudian pertengahan abad ke-19, “canting cap” (biasanya disebut hanya“cap” saja) mulai dikembangkan.
Canting cap atau yang dikenal dengan nama batik cetak, merupakan sebuah alat berbentuk semacam stempel besar yang telah digambar pola batik. Pada umumnya pola pada canting cap ini dibentuk dari bahan dasar tembaga, tetapi ada pula yang dikombinasikan dengan besi. Dari jenis produksi batik cap ini, pembatik bisa menghemat tenaga, dan tak perlu menggambar pola atau desain di atas kain.
Batik cap juga mengalami pekembangan, dengan dikenalnya cap kayu. Cap yang terbuat dari kayu ini lebih ekonomis dan lebih mudah pembuatannnya. Pola pada kayu diukir dan dibentuk seperti stempel sama halnya dengan cap tembaga. Batik menggunakan cap kayu ini dapat dibedakan dari cap tembaga karena kayu tidak menghantarkan panas sebaik tembaga sehingga malam (lilin) yang menempel pada kayu lebih tipis, dan hasil pengecapannya yang terbentukpun memiliki kekhasan tersendiri, biasanya terdapat sedikit warna yang meresap pada batik karena lilin yang menempel terlalu tipis, sehingga terlihat gradasi warna pada pola antara pinggir motif dan tengahnya.
Pada perkembangan selanjutnya, muncul jenis printing, yaitu produksi batik melalui mesin. Kehadiran mesin printing batik ditengah-tengah masyarakat justru membuat kerisauan besar pengusaha batik tradisional (batik tulis) yang menganggap batik printing mampu melumpuhkan batik tulis serta dapat melunturkan kebudayaan Indonesia dan dapat merusak tatanan seni batik.
Teknik pembuatan batik print relatif sama dengan produksi sablon, yaitu menggunakan klise(kassa) untuk mencetak motif batik di atas kain. proses pewarnaannya sama dengan proses pembuatan tekstil biasa yaitu dengan menggunakan pasta yang telah dicampur pewarna sesuai keinginan, kemudian diprintkan sesuai motif yang telah dibuat. Jenis batik ini dapat diproduksi dalam jumlah besar karena tidak melalui proses penempelan lilin dan pencelupan seperti batik pada umumnya, hanya saja motif yang dibuat adalah motif batik.
Jika dilihat dari waktu yang dibutuhkan, teknik tradisional membutuhkan waktu 1-3 bulan, mulai dari membuat pola, menggambar lukisan, memasak kain hingga pencucian yang berulang. Lain halnya dengan teknik cap yang membutuhkan waktu seminggu untuk menghasilkan 1buah batik cap dan sehari untuk untuk mesin printing yang dapat menghasilkan puluhan bahkan ratusan batik printing.
Secara kasat mata kita dapat membedakan batik print dan batik tulis/cap dengan melihat permukaan di balik kain, biasanya kain batik print warnanya tidak meresap ke seluruh serat kain, dan hanya menempel pada permukaan kain, sehingga di balik kain masih terlihat sedikit berwarna putih.
Belakangan muncul perkembangan baru pada batik print, dengan adanya metode print malam. Metode ini dapat dikatakan perpaduan antara sablon dan batik. pada print malam, materi yang di printkan pada kain adalah malam (lilin) dan bukan pasta seperti batik print konvensional. setelah malam menempel, kemudian kain tersebut melalui proses pencelupan seperti pembuatan batik pada umumnya.
Dari tahun ke tahun, berbagai jenis batik mengalami masa kejayaan dan pasang surut. Sejarah batik Pekalongan yang banyak tersimpan dalam ingatan para perajin dan diceritakan kembali secara turun temurun, mencatat bahwa berbagai jenis batik itu tak pernah menyerah digilas zaman.
Sekitar 1930-1960, batik tulis di Pekalongan sudah mengalami masa kejayaan. Dilanjutkan batik cetak yang maju pesat sekitar 1970-1980. Bersamaan dengan itu, batik tulis justru terangkat derajatnya, dan tetap menjadi perhatian bagi mereka yang punya cita rasa seni tinggi hingga sekarang. Di paruh waktu yang sama, batik printing tumbuh dengan pesat, diiringi dengan pesanan batik painting yang terus mengalir dari Bali, dan mengalami booming di awal 1990-an.
Ditengah-tengah berkembangnya teknologi batik dikalangan pengusaha batik tradisional, pengusaha batik tradisional indonesia juga dihebohkan dengan munculnya batik dari Cina yang jenis dan coraknya menyerupai batik tradisional Indonesia. Oleh karena itu, saat ini pengrajin Indonesia berusaha untuk mempertajam kekhasan produknya. Salah satunya yang dapat mendambakan dan membawa kesejukan adalah perbedaan yang sangat prinsipil, mendasar yang membentuk indepedensi dari keseluruhan wujud batik dari motif, bahan, filosofi yang terkandung dan sejarah batik lokal kita adalah sangat kompleks dan unik. Keunikan batik Indonesia diantaranya adalah proses perwujudan ornament yang di dalamya ada motif yang merupakan roh dari ornament pada batik itu sendiri.
Tidak hanya sampai disitu, perkembangan batik sejak dua tahun terakhir patut diacungi jempol. Batik yang pada mulanya hanya dikonsumsi oleh beberapa kalangan, saat ini bertumbuh pesat. Di tengah pergolakan dunia mode yang selalu berkiblat ke arah Barat, batik ternyata mampu menjadi tren baru. Bahkan, muncul istilah booming batik di kalangan anak muda.
Seperti tak mau ketinggalan dengan produk tekstil lain, batik tak hanya sebagai kain pembungkus badan atau yang biasa digunakan oleh para ibu untuk menggendong balita mereka. Kain batik ternyata mampu mengalami masa pancaroba untuk lebih memasyarakat dengan siapa saja. Sebenarnya batik sudah dikenal sejak zaman Kerajaan Majapahit. Akan tetapi kala itu, hanya keluarga raja atau keturunan keraton yang menggunakan batik dalam kesehariannya.
Seiring dengan perkembangan zaman, batik mampu menjadi trade mark dan dipakai oleh masyarakat dari kalangan mana saja tanpa lagi melihat status ataupun jabatan. Pada era sebelum reformasi, batik sudah banyak digunakan, tetapi lebih banyak dipakai oleh para pejabat atau para bangsawan berdarah biru. Saat ini kita bisa melihat siapa saja bisa mengenakan batik. Hanya saja, tak sedikit yang lupa dengan kerajinan asli Indonesia tersebut sehingga tidak lagi bisa membedakan produk negeri ini, meski selalu dielu-elukan sebagai identitas bangsa.
Pembuatan Batik Canting (Batik Tradisional)
Produk Batik Tradisional
Pembuatan Batik Cap